tangis anak kecil dengan darah dikening itu
seolah membentur-bentur kaca pembatas televisiku
ribuan mil jarak jalur gaza, namun amis darah itu
jelas kurasa menelusup celah pori-pori kulit ini
keangkuhan tank-tank baja israel terus merangsek
mengempur tanah-tanah berbatu palestina
ketika gedung, rumah, masjid-masjidmu luluh-lantak
ingin kulimpat doa-doa ini, kulesapkan bersama malam
agar menyatu bersama batu-batu bersayap api itu
dengan kepalan tangan-tangan kecil mencoba menahan
derap langkah tentara zionis yang menindas negerimu
meski segala terasa sia, namun tak ada yang percuma
karena Tuhan tidak pernah terpejam sedetik saja
Kasongan, Januari 2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar